“Sekitar 70 persen orang tua siswa bekerja sebagai buruh harian lepas. Sisanya ada yang bekerja sebagai sopir, pedagang, dan pekerjaan informal lainnya. Proses seleksi dilakukan secara ketat dan melibatkan berbagai pihak, termasuk pendamping PKH, Dinas Sosial Provinsi dan Kota, Dinas Pendidikan, BPS, serta dilakukan verifikasi menyeluruh,” jelas Syam.
Kepala SRMA 6 Kota Bengkulu, Yuliarma Yenni, menyampaikan bahwa saat ini terdapat 95 siswa yang menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
“Jumlah siswa saat ini 95 orang, terdiri dari 50 laki-laki dan 45 perempuan. Mereka terbagi dalam empat rombongan belajar, dengan rata-rata 25 siswa per kelas. Saat ini mereka sedang menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah,” ujar Yuliarma.
Rian, salah satu orang tua siswa, mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang didapat anaknya.
“Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah pusat dan daerah karena anak saya bisa mendapatkan pendidikan yang layak, tempat tinggal yang nyaman, dan makanan yang cukup. Saya ini kerja serabutan, apa saja saya kerjakan, tukang, bersih-bersih. Untuk kebutuhan harian saja sudah sulit, apalagi untuk biaya sekolah,” ungkapnya dengan haru.
Pada kesempatan tersebut, Pj. Sekda bersama Kepala Sentra “Dharma Guna”, Kepala SRMA 6 Kota Bengkulu, dan sejumlah pihak terkait turut meninjau berbagai fasilitas sekolah. Mulai dari ruang kelas, asrama putra dan putri, laboratorium komputer, dapur umum, hingga kebun hidroponik yang terdapat di kawasan Sentra “Dharma Guna”.
Kehadiran Sekolah Rakyat diharapkan menjadi solusi konkret untuk memutus rantai kemiskinan dan membuka masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda Bengkulu. *** Rls. ( Budi. R )